SULITKAH
ISLAM ITU ?
1. Anggapan
bahwa Islam itu sulit
Banyak kalangan yang menyatakan bahwa Islam
itu sulit, terlalu banyak aturan yang harus dipatuhi bahkan cenderung
menyusahkan, contohnya dalam melaksanakan peribadatan terlalu banyak aturan
aturan yang harus di penuhi dan dapat dikatakan rumit sehingga sulit untuk
melaksanakannya. Banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan
peribadatan merupakan alasan yang menjadikan dasar mereka untuk menyatakan
bahwa Islam merupakan agama yang sangat ribet dan sulit, “mengapa harus ribet ….?”,
begitu pernyataan mereka.
Hal lain yang membuat resah kalangan
umat Islam atau orang yang ingin mencoba
mengenal Islam adalah perkara dosa dan amal, ada anggapan dalam Islam selalu
dipenuhi dengan dosa sedikit saja melakukan hal yang kurang berkenan maka akan
menjadi dosa. Halal haram hal yang menjadi trend dalam menyatakan bahwa Islam
merupakan agama yang menyulitkan misalnya dengan mengharamkan babi, minuman
keras, zina padahal pada agama lain itu merupakan hal yang lumrah dan mereka
tidak mempermasalahkan hal tersebut.
2. Fakta
ajaran Islam tentang kemudahan
Pendapat atau anggapan bahwa Islam itu
sulit dan menyulitkan tidak lah benar, karena sesungguhnya ajaran Islam adalah
ajaran yang realistis dan relatif mudah untuk dilaksanakan, bahkan dalam
kondisi tertentu ada ketentuan yang disebut rukhsah
(keringanan). Hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya Islam sangat memperhatikan
kesulitan umat manusia dalam melaksanakan penghambaan dirinya kepada Allah Swt,
tidak ada satupun pernyataan dalam alqur’an maupun hadist yang menyatakan
manusia harus berada pada kesulitan bahkan Islam sangat membenci sifat ghuluw ( berlebihan atau melalpui batas
dalam agama).
Dasar hukum ajaran Islam adalah alqur’an
dan hadist, keduanya menjadi landasan pokok dalam pelaksanaan ajaran Islam dan
keduanya akan menjadi rujukan untuk menyatakan apakah Islam itu ribet dan
menyusahkan. Pada kenyataannya tidak ada satupun pernyataan yang di nukilkan
dalam alqur’an dan hadist untuk menyulitkan umat manusia, tapi justru ajaran Islam
itu mudah dan akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia yang mempunyai dua
dimensi tujuan hidup yaitu bahagia dunia dan akhirat.
a.
Alqur’an.
Tidak diragukan lagi Alqur’an merupakan
petunjuk bagi manusia dalam mencapai tujuan hidupnya, sedikit menyimpang dari
apa yang di ajarkan dan dianjurkan dalam Alqur’an maka konsekwensi yang akan
muncul adalah kesesatan dengan demikian tujuan hidup manusia tidak akan
tercapai.
Berikut adalah ayat ayat yang menyatakan
bahwa ajaran Islam itu realistis, manusiawi dan relatif mudah
!$tBur
»oYù=yör&
wÎ)
ZptHôqy
úüÏJn=»yèù=Ïj9
ÇÊÉÐÈ
Dan
Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam. ( Qs. Alanbiya:107)
Berdasarkan ayat ini jelas di utusnya
para rasul kemuka bumi tidak hanya sekedar menyampaikan risalah atau aturan
kepada manusia yang tujuan pokoknya
adalah untuk mengabdi kepada Allah
sebagai mana ditegaskan dalam Alqur’an “
Dan tidak aku ciptakan Jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepadaku” ( Qs.
Az-zariat : 56), tetapi dalam hal ini
dengan adanya para rasul khususnya nabi muhammad SAw akan menjadi rahmat bagi
semesta alam dan tidak menjadikan manusia sebagai makhluk yang teraniaya karena kewajibannya untuk mengabdi kepada Allah,
justru sebaliknya Allah menjanjikan kebahagiaan bagi umat manusia pada masa
pengabdiaannya di dunia maupun di kehidupannya kelak di akhirat.
ã3
ßÌã
ª!$#
ãNà6Î/
tó¡ãø9$#
wur
ßÌã
ãNà6Î/
uô£ãèø9$#
(#qè=ÏJò6çGÏ9ur
no£Ïèø9$#
(#rçÉi9x6çGÏ9ur
©!$#
4n?tã
$tB
öNä31yyd
öNà6¯=yès9ur
crãä3ô±n@
ÇÊÑÎÈ
Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.( Q.s Albaqarah : 185)
Dalam ayat ini sangat jelas bahwa Allah menghendaki kemudahan dan tidak
menghendaki kesukaran, tugas manusia hanya mengagungkan Allah sesuai dengan
petunjuknya yaitu berupa Alqur’an yang kemudian diperjelas melalui hadist
hadist rasul, tujuan utamanya yaitu agar manusia selalu bersyukur karena jalau Allah
berkehendak bias saja memerintahkan hal hal yang memberatkan. Tetapi Allah
memiliki sifat pengasih dan penyayang maka Allah tidak menginginkan umat
manusia berada dalam kesukaran justru sebaliknya Allah sangat menghendaki
kemudahan bagi umat manusia
وَابْتَغِ
فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashash 77).
Berdasarkan ayat ini jelas walau
sesungguhnya Akhirat itu lebih baik dari pada segalanya, tetapi Allah
mengingatkan manusia agar manusia tidak melupakan kebahagiaannya didunia dengan
cara berbuat baik kepada orang lain dan
tidak membuat kerusakan dimuka bumi ini. Karena sesungguhnya tidak berbuat baik
kepada orang lain dan berbuat kerusakan justru
akan menimbulkan kesengsaraan pada diri sendiri. Hal tersebut adalah hal yang
niscaya dan tidak dapat dipungkiri lagi dalam kehidupan manusia.
(#rßÎg»y_ur
Îû
«!$#
¨,ym
¾ÍnÏ$ygÅ_
4 uqèd
öNä38u;tFô_$#
$tBur
@yèy_
ö/ä3øn=tæ
Îû
ÈûïÏd9$#
ô`ÏB
8ltym
4 s'©#ÏiB
öNä3Î/r&
zOÏdºtö/Î)
4 uqèd
ãNä39£Jy
tûüÏJÎ=ó¡ßJø9$#
`ÏB
ã@ö6s%
Îûur
#x»yd
tbqä3uÏ9
ãAqߧ9$#
#´Îgx©
ö/ä3øn=tæ
(#qçRqä3s?ur
uä!#ypkà
n?tã
Ĩ$¨Z9$#
4 (#qßJÏ%r'sù
no4qn=¢Á9$#
(#qè?#uäur
no4qx.¨9$#
(#qßJÅÁtGôã$#ur
«!$$Î/
uqèd
óOä39s9öqtB
( zN÷èÏYsù
4n<öqyJø9$#
zO÷èÏRur
çÅÁ¨Z9$#
ÇÐÑÈ
Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai
kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al
Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua
menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah
zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka
Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong. ( Q.s Al Hajj : 78)
Banyak umat Islam yang menyalah artikan
jihad, ada yang menganggap jihad adalah memerangi orang orang kafir atau bahkan
kaum muslimin yang tidak sependapat dengannya, yang akhirnya menjadikan agama
suatu hal yang sangat sempit dan bahkan dengan dalih jihad menghalalkan
pertumpahan darah dan menyengsarakan orang lain. Padahal jihad yang
sesungguhnya adalah berpegang teguh pada tali Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan menjadikan Allah sebagai pelindung yang sesungguhnya
karena memang Allah adalah sebaik baiknya pelindung dan Allah tidak menghendaki
adanya kesempitan bagi umat manusia.
w
ß#Ïk=s3ã
ª!$#
$²¡øÿtR
wÎ)
$ygyèóãr
4 $ygs9
$tB
ôMt6|¡x.
$pkön=tãur
$tB
ôMt6|¡tFø.$#
3 $oY/u
w !$tRõÏ{#xsè?
bÎ)
!$uZÅ¡®S
÷rr&
$tRù'sÜ÷zr&
4 $oY/u
wur
ö@ÏJóss?
!$uZøn=tã
#\ô¹Î)
$yJx.
¼çmtFù=yJym
n?tã
úïÏ%©!$#
`ÏB
$uZÎ=ö6s%
4 $uZ/u
wur
$oYù=ÏdJysè?
$tB
w sps%$sÛ
$oYs9
¾ÏmÎ/
( ß#ôã$#ur
$¨Ytã
öÏÿøî$#ur
$oYs9
!$uZôJymö$#ur
4 |MRr&
$uZ9s9öqtB
$tRöÝÁR$$sù
n?tã
ÏQöqs)ø9$#
úïÍÏÿ»x6ø9$#
ÇËÑÏÈ
Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami
apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum
yang kafir." ( Q.s Albaqarah : 286)
Banyak orang yang menganggap perintah Allah itu
adalah perintah yang tanpa ada toleransi terhadap kemampuan manusia, sanggup
tidak sanggup harus dijalani. Padahal
pada kenyataannya Allah telah menetap suatu hukum atau aturan yang sesuai
dengan kadar kemampuan manusia tidak satupun ketentuan Allah yang diluar
jangkauan kemampuan manusia. Begitu pula Allah menyediakan pahala dari
kebajikan yang diimbangi dengan adaanya siksa
yang bersumber dari kejahatan manusia itu sendiri. Hal ini menunjukan
adanya keseimbangan dan keluasan kadar hukum yang telah ditentukan Allah swt,
bukan hanya sekedar ketentuan yang dogmatis dan kaku yang akhirnya menjadikan
agama sesutau yang sempit dan menyulitkan umat manusia. Bahkan lebih hebat lagi
Allah membukakan pintu pertolongan, pintu ampunan atas kealfaan dan kesalahan umat manusia.
Dengan demikian jelaskan tidak ada sedikitpun kesempitan dan kesulitan yang
dikendaki Allah terhadap umat manusia justru yang ada adalah pertolongan serta
ampunan bagi orang yang menghendakinya.
$pkr'¯»t
úïÏ%©!$#
(#þqãYtB#uä
#sÎ)
óOçFôJè%
n<Î)
Ío4qn=¢Á9$#
(#qè=Å¡øî$$sù
öNä3ydqã_ãr
öNä3tÏ÷r&ur
n<Î)
È,Ïù#tyJø9$#
(#qßs|¡øB$#ur
öNä3ÅrâäãÎ/
öNà6n=ã_ör&ur
n<Î)
Èû÷üt6÷ès3ø9$#
4 bÎ)ur
öNçGZä.
$Y6ãZã_
(#rã£g©Û$$sù
4 bÎ)ur
NçGYä.
#ÓyÌó£D
÷rr&
4n?tã
@xÿy
÷rr&
uä!%y`
Ótnr&
Nä3YÏiB
z`ÏiB
ÅÝͬ!$tóø9$#
÷rr&
ãMçGó¡yJ»s9
uä!$|¡ÏiY9$#
öNn=sù
(#rßÅgrB
[ä!$tB
(#qßJ£JutFsù
#YÏè|¹
$Y6ÍhsÛ
(#qßs|¡øB$$sù
öNà6Ïdqã_âqÎ/
Nä3Ï÷r&ur
çm÷YÏiB
4 $tB
ßÌã
ª!$#
@yèôfuÏ9
Nà6øn=tæ
ô`ÏiB
8ltym
`Å3»s9ur
ßÌã
öNä.tÎdgsÜãÏ9
§NÏGãÏ9ur
¼çmtGyJ÷èÏR
öNä3øn=tæ
öNà6¯=yès9
crãä3ô±n@
ÇÏÈ
Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu
sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
( Qs. Alamaidah :6)
Shalat adalah salah satu kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh umat Islam dan shalat menjadi ibadah pokok dalam
pengabdian manusia kepada Allah. Allah telah menetapkan ketentuan yang harus
dilakukan sebelum melakukan shalat yaitu dengan berwudhu jika memiliki hadas
atau dengan mandi jika junub, tetapi dengan kasih sayangnya dan
kehendaknya untuk tidak adanya kesulitan
bagi manusia perintah ini tidak menjadi perintah yang mutlak dan tidak
tergantikan, maka Allah memberi ketentuan lain dengan hal yang lebih mudah sebagai penyempurnaan nikmat agar manusia
selalu bersyukur.
ÏmÏù
7M»t#uä
×M»uZÉit/
ãP$s)¨B
zOÏdºtö/Î)
( `tBur
¼ã&s#yzy
tb%x.
$YYÏB#uä
3 ¬!ur
n?tã
Ĩ$¨Z9$#
kÏm
ÏMøt7ø9$#
Ç`tB
tí$sÜtGó$#
Ïmøs9Î)
WxÎ6y
4 `tBur
txÿx.
¨bÎ*sù
©!$#
;ÓÍ_xî
Ç`tã
tûüÏJn=»yèø9$#
ÇÒÐÈ
Padanya
terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa
memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Qs.
Baitullah ( Ka’bah) merupakan salah satu
tanda kebesaran Allah dan dijadikan kiblat bagi umat Islam dalam melaksanakan
ibadah shalat dan Allah menjadikan haji suatu kewajiban bagi umat Islam. Tentulah kewajiban haji akan
menjadi hal yang memberatkan jika itu menjadi kewajiban yang mutlak, tetapi Allah
hanya mewajibkannya bagi mereka yang mampu menjalankannya walau haji itu
merupakan salah satu dari rukun Islam.
ßÌã
ª!$#
br&
y#Ïeÿsä
öNä3Ytã
4 t,Î=äzur
ß`»|¡RM}$#
$ZÿÏè|Ê
ÇËÑÈ
Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu[286], dan manusia dijadikan bersifat
lemah.
.
mÛ
ÇÊÈ !$tB
$uZø9tRr&
y7øn=tã
tb#uäöà)ø9$#
#s+ô±tFÏ9
ÇËÈ wÎ)
ZotÅ2õs?
`yJÏj9
4Óy´øs
ÇÌÈ WxÍ\s?
ô`£JÏiB
t,n=y{
uÚöF{$#
ÏNºuq»uK¡¡9$#ur
n?ãèø9$#
ÇÍÈ
1. Thaahaa[912].
2.
Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;
3.
Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),
4.
Yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.
( Qs. Thahha :
1-4 )
Dalam ayat ayat ini ditegaskan
kembali untuk apa diturunkannya
Alqur’an, ada yang menganggap dengan adanya Alqur’an dan aturan aturan yang di
nukilkan dalam alqur’an akan menjadi beban dan menyulitkan umat manusia.
Padahal sangat jelas bahwa tidak sedikitpun aturan dan ketentuan Alqur’an untuk menyusahkan, tetapi itu merupakan
peringatan khususnya bagi orang yang
takut kepada Allah. Orang yang beriman
kepada Allah tentu akan merasa takut kepada Allah yang merupakan pencipta langit, bumi beserta isinya, oleh
karena itu Allah menurunkan petunjuk kepada
manusia sebagai khalifah di muka bumi. Justru tanpa diturunkannya Alqur’an akan
menimbulkan kesulitan dan kesesatan bagi manusia itu sendiri, maka jelaslah
fungsi Alqur’an adalah untuk dijadikan petunjuk agar manusia tidak menjadi
sulit dan ragu karena petunjuk itu langsung datang dari penciptanya yaitu
Allah, kalau tidak justru akan menimbulkan kesulitan dan kesesatan bagi manusia
itu sendiri.
b.
Al Hadist
Dasar hukum kedua yang menjadi rujukan
utama umat Islam adalah Hadist yang
menjelaskan apa yang di maksudkan dalam Alqur’an. Dengan ada hadist maka
peraturan yang ditetapkan dalam akan agama islam akan semakin jelas dan gamblang
sehingga manusia dapat menjalankannya dengan baik tanpa adanya keraguan.
Berkaitan dengan kemudahan kemudahan
dalam islam banyak di temui dalam hadist yang menandakan bahwa sesungguhnya
tidak sedikitpun terdapat hal yang
menulitkan dalam Islam. Berikut adalah hadist yang berkaitan dengan kemudahan :
“Berilah kemudahan dan
jangan mempersulit, Berilah kabar gembira dan jangan membuat
mereka lari..” [HR Bukhari dan Muslim].
اِنَّ
الدِّيْنَ يُسْرٌ (رواه البخارى 39
Sesungguhnya agama (Islam) itu
mudah. (H.R. al-Bukhari: 139).
Apabila
kita perhatikan di dalam dasar-dasar tasyri' yang tersebut di dalam Al-Qur'an,
kita akan mengerti bahwa agama Islam itu satu-satunya agama yang diturunkan
Allah kepada ummat manusia dengan membawa dasar "tidak berat dan tidak
sukar" dikerjakan. Bahkan meniadakan yang berat. Dan sesuatu yang
dipimpin oleh agama Islam itu pasti ringan dan mudah dikerjakan oleh ummat
manusia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abu
'Urwah :
عَنْ
اَبِى عُرْوَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص : اَيُّهَا النَّاسُ. اِنَّ
الدّيْنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فِى يُسْرٍ. ثَلاَثًا يَقُوْلُهَا. احمد.
Dari Abu 'Urwah RA ia berkata : Rasulullah SAW
pernah bersabda : "Wahai manusia, sesungguhnya agama Allah Yang Maha Mulia
lagi Maha Tinggi itu di dalam kemudahan. Beliau SAW bersabda demikian itu tiga
kali" [HR.
Ahmad]
Jadi
Islam itu adalah agama yang mudah untuk diamalkan. Maka kewajiban kita adalah
mengamalkan apa-apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya
(Al-Qur'an dan Hadits) dan menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah dan
Rasul-Nya. Dan apabila telah jelas suatu perintah atau larangan, maka kita
tinggal melaksanakannya, tidak usah mempersulit diri dengan banyak pertanyaan.
Perhatikanlah sabda-sabda Rasulullah SAW berikut ini :
عَنْ
اَبِى ثَعْلَبَةَ اْلحُشَنِيّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اللهَ
تَعَالىَ فَرَضَ فَرَائِضَ فَلاَ تُضَيّعُوْهَا. وَحَدَّ حُدُوْدًا فَلاَ
تَعْتَدُوْهَا. وَحَرَّمَ اَشْيَاءَ فَلاَ تَنْتَهِكُوْهَا. وَسَكَتَ عَنْ
اَشْيَاءَ رَحْمَةً لَكُمْ
غَيْرَ نِسْيَانٍ فَلاَ تَبْحَثُوْا عَنْهَا. الدارقطنى.
Dari Abu Tsa'labah Al-Husyani RA , ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda : "Sesungguhnya
Allah Ta'ala telah memfardlukan beberapa kefardluan (kewajiban), maka janganlah
kamu menyia-nyiakannya, dan Allah telah membatasi beberapa batas (hukum) maka
janganlah kamu melanggarnya. Dan Allah telah mengharamkan beberapa perkara,
maka janganlah kamu mengubahnya, dan Allah telah mendiamkan beberapa perkara
karena kasih sayang kepadamu, bukan karena lupa, maka janganlah kamu
memperbincangkannya". [HR. Daruquthni]
عَنِ اْلمُطَّلِبِ بْنِ حَنْطَبٍ رض قَالَ: اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص
قَالَ: مَا تَرَكْتُ شَيْئًا مِمَّا اَمَرَكُمُ اللهُ بِهِ اِلاَّ وَقَدْ
اَمَرْتُكُمْ بِهِ. وَلاَ تَرَكْتُ شَيْئًا مِمَّا نَهَاكُمُ اللهُ عَنْهُ اِلاَّ
وَقَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ. ابن عبد البر.
Dari Muththolib bin Hanthab RA, ia berkata : Sesungguhnya
Rasulullah SAW pernah
bersabda : "Tidaklah aku meninggalkan sesuatupun dari apa-apa yang telah
diperintahkan Allah kepadamu sekalian dengannya, melainkan sungguh telah aku
perintahkan kepadamu dengannya, dan tidaklah aku meninggalkan sesuatu dari
apa-apa yang telah dilarang oleh Allah kepadamu sekalian dengannya, melainkan
pasti telah aku larang kamu sekalian darinya". [HR. Ibnu Abdil Barr]
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَيُّهَا
النَّاسُ لَيْسَ مِنْ شَيْءٍ يُقَرّبُكُمْ اِلىَ اْلجَنَّةِ وَ يُبَاعِدُكُمْ عَنِ
النَّارِ اِلاَّ وَقَدْ اَمَرْتُكُمْ بِهِ وَ لَيْسَ مِنْ شَيْءٍ يُقَرّبُكُمْ
اِلىَ النَّارِ وَ يُبَاعِدُكُمْ عَنِ اْلجَنَّةِ اِلاَّ وَ قَدْ نَهَيْتُكُمْ
عَنْهُ. البغوى.
Dari Ibnu Mas'ud RA, ia berkata :
Rasulullah SAW pernah
bersabda : "Hai sekalian manusia, tidak ada dari sesuatu yang mendekatkan
kamu sekalian ke surga dan menjauhkan kamu sekalian dari neraka, melainkan
telah aku perintahkan kepadamu sekalian dengannya, dan tidak ada dari sesuatu
yang mendekatkan kamu sekalian ke neraka dan menjauhkan kamu sekalian dari
surga, melainkan pasti telah aku larang kamu sekalian darinya". [HR. Al-Baghawi]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص ذَرُوْنِى مَا تَرَكْتُكُمْ
فَاِنَّمَا هَلَكَ مَنْ
كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَ اخْتِلاَفِهِمْ عَلَى
اَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا اَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا
اسْتَطَعْتُمْ. وَ اِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوْهُ. وفى رواية. فَإِذَا
نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوْهُ. وَ اِذَا اَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ
فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ. البخارى و مسلم.
Dari Abu Hurairah RA, ia
berkata : Rasulullah SAW pernah
bersabda : "Biarkanlah aku mengatakan apa-apa yang kutinggalkan untukmu,
karena sesungguhnya kebinasaan orang-orang sebelummu dahulu itu disebabkan
banyaknya pertanyaan mereka dan mereka menyelisihi Nabi-nabi mereka. Maka dari
itu apabila aku perintahkan kepadamu
sekalian dengan sesuatu, kerjakanlah semaksimalmu, dan apabila aku telah
melarang kamu sekalian dari sesuatu, maka tinggalkanlah dia. Dan dalam
satu riwayat: Maka apabila aku melarang kamu sekalian dari sesuatu, jauhilah
ia. Dan apabila aku perintahkan kepadamu sekalian dengan suatu perintah maka
kerjakanlah darinya semaksimalnya". [HR. Bukhari dan Muslim
Di lain riwayat Nabi SAW pernah
bersabda :
مَا تَرَكْتُ شَيْئًايُقَرّبُكُمْ اِلىَ اللهِ تَعَالىَ اِلاَّ وَ
قَدْ اَمَرْتُكُمْ بِهِ. وَ مَا تَرَكْتُ شَيْئًا يُبْعِدُكُمْ عَنِ اللهِ
تَعَالىَ اِلاَّ وَ قَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ. الطبرانى.
"Aku tidak meninggalkan sesuatu
yang ~dapat~ mendekatkan kamu kepada Allah, melainkan sungguh telah aku
perintahkan kepadamu; dan aku tidak meninggalkan sesuatu yang dapat menjauhkan
kamu dari Allah, melainkan sungguh telah aku cegah kamu daripadanya". [HR.
Ath-Thabarani]
Dan Rasulullah SAW pernah bersabda:
اِيَّاكُمْ وَاْلغُلُوَّ فِى الدّيْنِ. فَاِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ
قَبْلَكُمْ بِاْلغُلُوّ فِى الدّيْنِ. احمد عن ابن عباس.
"Jauhkanlah olehmu akan melampaui
batas di dalam beragama, karena sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelummu
disebabkan melampaui batas dalam urusan agama" [HR. Ahmad dari Ibnu Abbas]
Pada kelanjutan riwayat tersebut Rasulullah SAW bersabda :
مَا بَالُ اَقْوَامٍ حَرَّمُوْا النّسَاءَ وَالطَّعَامَ وَالنَّوْمَ.
اَلاَ اِنّى اَنَامُ وَ اَقُوْمُ وَاُفْطِرُ وَاَصُوْمُ وَاَنْكِحُ النّسَاءَ.
فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى.
"Bagaimanakah orang-orang itu,
mereka mengharamkan wanita, makanan, dan tidur. Ketahuilah sesungguhnya aku
tidur dan shaat malam, berbuka dan berpuasa, juga mengawini wanita. Maka
barangsiapa membenci sunnahku, bukanlah ia dari golonganku". [Tafsir Jami'ul Bayan, Ibnu Jarir Ath-Thabari jilid 5 hal 9-10]
3. Hal
hal yang menyebabkan Islam menjadi ribet dan sulit.
Sikap ghuluw (melampaui batas atau berlebih-berlebihan) dalam agama
adalah sikap yang tercela dan dilarang oleh syariat. Sikap ini tidak akan
mendatangkan kebaikan bagi pelakunya; juga tidak akan membuahkan hasil yang
baik dalam segala urusan. Terlebih lagi dalam urusan agama.
Banyak sekali dalil-dalil al-Qur'ân dan Sunnah yang memperingatkan dan mengharamkan ghuluw atau sikap melampaui batas tersebut, Allah Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulu (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". [al-Mâ`idah/5:77]
Banyak sekali dalil-dalil al-Qur'ân dan Sunnah yang memperingatkan dan mengharamkan ghuluw atau sikap melampaui batas tersebut, Allah Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulu (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". [al-Mâ`idah/5:77]
Dalam hadits yang diriwayatkan dari `Abdullah bin Abbâs RadhiyAllahu anhu, dia berkata: "Pada pagi hari di Jumratul Aqabah ketika itu Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wa sallam berada di atas kendaraan, beliau berkata kepadaku: “Ambillah beberapa buah batu untukku!” Maka aku pun mengambil tujuh buah batu untuk beliau yang akan digunakan melontar jumrah. Kemudian beliauberkata,
أَمْثَالَ هَؤُلاَءِ فَارْمُوْا ثُمَّ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ
“Lemparlah dengan batu seperti ini!” kemudian beliau melanjutkan:
“Wahai sekalian manusia, jauhilah sikap ghuluw (melampaui batas) dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian adalah sikap ghuluw mereka dalam.agama.”[1]
Ghuluw dalam agama itu sendiri adalah sikap dan perbuatan berlebih-lebihan melampaui apa yang dikehendaki oleh syariat, baik berupa keyakinan maupun perbuatan.[2]