Tuesday, August 25, 2015

Islam itu gak ribet

                                       SULITKAH ISLAM ITU ?
1.      Anggapan bahwa Islam itu sulit
Banyak kalangan yang menyatakan bahwa Islam itu sulit, terlalu banyak aturan yang harus dipatuhi bahkan cenderung menyusahkan, contohnya dalam melaksanakan peribadatan terlalu banyak aturan aturan yang harus di penuhi dan dapat dikatakan rumit sehingga sulit untuk melaksanakannya. Banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan peribadatan merupakan alasan yang menjadikan dasar mereka untuk menyatakan bahwa Islam merupakan agama yang sangat ribet dan sulit, “mengapa harus ribet ….?”, begitu pernyataan mereka.
Hal lain yang membuat resah kalangan umat Islam atau orang yang ingin  mencoba mengenal Islam adalah perkara dosa dan amal, ada anggapan dalam Islam selalu dipenuhi dengan dosa sedikit saja melakukan hal yang kurang berkenan maka akan menjadi dosa. Halal haram hal yang menjadi trend dalam menyatakan bahwa Islam merupakan agama yang menyulitkan misalnya dengan mengharamkan babi, minuman keras, zina padahal pada agama lain itu merupakan hal yang lumrah dan mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut.
2.      Fakta ajaran Islam tentang kemudahan
Pendapat atau anggapan bahwa Islam itu sulit dan menyulitkan tidak lah benar, karena sesungguhnya ajaran Islam adalah ajaran yang realistis dan relatif mudah untuk dilaksanakan, bahkan dalam kondisi tertentu ada ketentuan yang disebut rukhsah (keringanan). Hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya Islam sangat memperhatikan kesulitan umat manusia dalam melaksanakan penghambaan dirinya kepada Allah Swt, tidak ada satupun pernyataan dalam alqur’an maupun hadist yang menyatakan manusia harus berada pada kesulitan bahkan Islam sangat membenci sifat ghuluw ( berlebihan atau melalpui batas dalam agama).
Dasar hukum ajaran Islam adalah alqur’an dan hadist, keduanya menjadi landasan pokok dalam pelaksanaan ajaran Islam dan keduanya akan menjadi rujukan untuk menyatakan apakah Islam itu ribet dan menyusahkan. Pada kenyataannya tidak ada satupun pernyataan yang di nukilkan dalam alqur’an dan hadist untuk menyulitkan umat manusia, tapi justru ajaran Islam itu mudah dan akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia yang mempunyai dua dimensi tujuan hidup yaitu bahagia dunia dan akhirat.
a.       Alqur’an.
Tidak diragukan lagi Alqur’an merupakan petunjuk bagi manusia dalam mencapai tujuan hidupnya, sedikit menyimpang dari apa yang di ajarkan dan dianjurkan dalam Alqur’an maka konsekwensi yang akan muncul adalah kesesatan dengan demikian tujuan hidup manusia tidak akan tercapai.
Berikut adalah ayat ayat yang menyatakan bahwa ajaran Islam itu realistis, manusiawi dan relatif mudah

!$tBur š»oYù=yör& žwÎ) ZptHôqy šúüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ  
Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. ( Qs. Alanbiya:107)
Berdasarkan ayat ini jelas di utusnya para rasul kemuka bumi tidak hanya sekedar menyampaikan risalah atau aturan kepada manusia yang  tujuan pokoknya adalah untuk mengabdi kepada  Allah sebagai mana ditegaskan dalam Alqur’an  “ Dan tidak aku ciptakan Jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepadaku” ( Qs. Az-zariat : 56), tetapi  dalam hal ini dengan adanya para rasul khususnya nabi muhammad SAw akan menjadi rahmat bagi semesta alam dan tidak menjadikan manusia sebagai makhluk yang teraniaya  karena kewajibannya untuk mengabdi kepada Allah, justru sebaliknya Allah menjanjikan kebahagiaan bagi umat manusia pada masa pengabdiaannya di dunia maupun di kehidupannya kelak di akhirat.


ã3 ߃̍ムª!$# ãNà6Î/ tó¡ãŠø9$# Ÿwur ߃̍ムãNà6Î/ uŽô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Ïèø9$# (#rçŽÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4n?tã $tB öNä31yyd öNà6¯=yès9ur šcrãä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ  
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.( Q.s  Albaqarah : 185)
Dalam ayat ini sangat jelas  bahwa Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran, tugas manusia hanya mengagungkan Allah sesuai dengan petunjuknya yaitu berupa Alqur’an yang kemudian diperjelas melalui hadist hadist rasul, tujuan utamanya yaitu agar manusia selalu bersyukur karena jalau Allah berkehendak bias saja memerintahkan hal hal yang memberatkan. Tetapi Allah memiliki sifat pengasih dan penyayang maka Allah tidak menginginkan umat manusia berada dalam kesukaran justru sebaliknya Allah sangat menghendaki kemudahan bagi umat manusia

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashash 77).

Berdasarkan ayat ini jelas walau sesungguhnya Akhirat itu lebih baik dari pada segalanya, tetapi Allah mengingatkan manusia agar manusia tidak melupakan kebahagiaannya didunia dengan cara  berbuat baik kepada orang lain dan tidak membuat kerusakan dimuka bumi ini. Karena sesungguhnya tidak berbuat baik kepada orang lain dan  berbuat kerusakan justru akan menimbulkan kesengsaraan pada diri sendiri. Hal tersebut adalah hal yang niscaya dan tidak dapat dipungkiri lagi dalam kehidupan manusia.
(#rßÎg»y_ur Îû «!$# ¨,ym ¾ÍnÏŠ$ygÅ_ 4 uqèd öNä38u;tFô_$# $tBur Ÿ@yèy_ ö/ä3øn=tæ Îû ÈûïÏd9$# ô`ÏB 8ltym 4 s'©#ÏiB öNä3Î/r& zOŠÏdºtö/Î) 4 uqèd ãNä39£Jy tûüÏJÎ=ó¡ßJø9$# `ÏB ã@ö6s% Îûur #x»yd tbqä3uÏ9 ãAqߧ9$# #´Îgx© ö/ä3øn=tæ (#qçRqä3s?ur uä!#ypkà­ n?tã Ĩ$¨Z9$# 4 (#qßJŠÏ%r'sù no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$# (#qßJÅÁtGôã$#ur «!$$Î/ uqèd óOä39s9öqtB ( zN÷èÏYsù 4n<öqyJø9$# zO÷èÏRur 玍ÅÁ¨Z9$# ÇÐÑÈ  
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong. ( Q.s   Al Hajj : 78)

Banyak umat Islam yang menyalah artikan jihad, ada yang menganggap jihad adalah memerangi orang orang kafir atau bahkan kaum muslimin yang tidak sependapat dengannya, yang akhirnya menjadikan agama suatu hal yang sangat sempit dan bahkan dengan dalih jihad menghalalkan pertumpahan darah dan menyengsarakan orang lain. Padahal jihad yang sesungguhnya adalah berpegang teguh pada tali Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan menjadikan Allah sebagai pelindung yang sesungguhnya karena memang Allah adalah sebaik baiknya pelindung dan Allah tidak menghendaki adanya kesempitan bagi umat manusia.

Ÿw ß#Ïk=s3ムª!$# $²¡øÿtR žwÎ) $ygyèóãr 4 $ygs9 $tB ôMt6|¡x. $pköŽn=tãur $tB ôMt6|¡tFø.$# 3 $oY­/u Ÿw !$tRõÏ{#xsè? bÎ) !$uZŠÅ¡®S ÷rr& $tRù'sÜ÷zr& 4 $oY­/u Ÿwur ö@ÏJóss? !$uZøŠn=tã #\ô¹Î) $yJx. ¼çmtFù=yJym n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB $uZÎ=ö6s% 4 $uZ­/u Ÿwur $oYù=ÏdJysè? $tB Ÿw sps%$sÛ $oYs9 ¾ÏmÎ/ ( ß#ôã$#ur $¨Ytã öÏÿøî$#ur $oYs9 !$uZôJymö$#ur 4 |MRr& $uZ9s9öqtB $tRöÝÁR$$sù n?tã ÏQöqs)ø9$# šúï͍Ïÿ»x6ø9$# ÇËÑÏÈ  
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir." ( Q.s Albaqarah : 286)
Banyak  orang yang menganggap perintah Allah itu adalah perintah yang tanpa ada toleransi terhadap kemampuan manusia, sanggup tidak sanggup harus dijalani.  Padahal pada kenyataannya Allah telah menetap suatu hukum atau aturan yang sesuai dengan kadar kemampuan manusia tidak satupun ketentuan Allah yang diluar jangkauan kemampuan manusia. Begitu pula Allah menyediakan pahala dari kebajikan yang diimbangi dengan adaanya siksa  yang bersumber dari kejahatan manusia itu sendiri. Hal ini menunjukan adanya keseimbangan dan keluasan kadar hukum yang telah ditentukan Allah swt, bukan hanya sekedar ketentuan yang dogmatis dan kaku yang akhirnya menjadikan agama sesutau yang sempit dan menyulitkan umat manusia. Bahkan lebih hebat lagi Allah membukakan pintu pertolongan, pintu ampunan  atas kealfaan dan kesalahan umat manusia. Dengan demikian jelaskan tidak ada sedikitpun kesempitan dan kesulitan yang dikendaki Allah terhadap umat manusia justru yang ada adalah pertolongan serta ampunan bagi orang yang menghendakinya.

$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä #sŒÎ) óOçFôJè% n<Î) Ío4qn=¢Á9$# (#qè=Å¡øî$$sù öNä3ydqã_ãr öNä3tƒÏ÷ƒr&ur n<Î) È,Ïù#tyJø9$# (#qßs|¡øB$#ur öNä3ÅrâäãÎ/ öNà6n=ã_ör&ur n<Î) Èû÷üt6÷ès3ø9$# 4 bÎ)ur öNçGZä. $Y6ãZã_ (#r㍣g©Û$$sù 4 bÎ)ur NçGYä. #ÓyÌó£D ÷rr& 4n?tã @xÿy ÷rr& uä!%y` Ótnr& Nä3YÏiB z`ÏiB ÅÝͬ!$tóø9$# ÷rr& ãMçGó¡yJ»s9 uä!$|¡ÏiY9$# öNn=sù (#rßÅgrB [ä!$tB (#qßJ£JutFsù #YÏè|¹ $Y6ÍhŠsÛ (#qßs|¡øB$$sù öNà6Ïdqã_âqÎ/ Nä3ƒÏ÷ƒr&ur çm÷YÏiB 4 $tB ߃̍ムª!$# Ÿ@yèôfuŠÏ9 Nà6øn=tæ ô`ÏiB 8ltym `Å3»s9ur ߃̍ムöNä.tÎdgsÜãŠÏ9 §NÏGãŠÏ9ur ¼çmtGyJ÷èÏR öNä3øn=tæ öNà6¯=yès9 šcrãä3ô±n@ ÇÏÈ  
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. ( Qs. Alamaidah :6)

Shalat adalah salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dan shalat menjadi ibadah pokok dalam pengabdian manusia kepada Allah. Allah telah menetapkan ketentuan yang harus dilakukan sebelum melakukan shalat yaitu dengan berwudhu jika memiliki hadas atau dengan mandi  jika  junub, tetapi dengan kasih sayangnya dan kehendaknya untuk tidak  adanya kesulitan bagi manusia perintah ini tidak menjadi perintah yang mutlak dan tidak tergantikan, maka Allah memberi ketentuan lain dengan hal yang lebih mudah  sebagai penyempurnaan nikmat agar manusia selalu bersyukur.

ÏmŠÏù 7M»tƒ#uä ×M»uZÉit/ ãP$s)¨B zOŠÏdºtö/Î) ( `tBur ¼ã&s#yzyŠ tb%x. $YYÏB#uä 3 ¬!ur n?tã Ĩ$¨Z9$# kÏm ÏMøt7ø9$# Ç`tB tí$sÜtGó$# Ïmøs9Î) WxÎ6y 4 `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî Ç`tã tûüÏJn=»yèø9$# ÇÒÐÈ  
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Qs.
Baitullah ( Ka’bah) merupakan salah satu tanda kebesaran Allah dan dijadikan kiblat bagi umat Islam dalam melaksanakan ibadah shalat dan Allah menjadikan haji suatu kewajiban  bagi umat Islam. Tentulah kewajiban haji akan menjadi hal yang memberatkan jika itu menjadi kewajiban yang mutlak, tetapi Allah hanya mewajibkannya bagi mereka yang mampu menjalankannya walau haji itu merupakan salah satu dari rukun Islam.

߃̍ムª!$# br& y#Ïeÿsƒä öNä3Ytã 4 t,Î=äzur ß`»|¡RM}$# $ZÿÏè|Ê ÇËÑÈ  
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[286], dan manusia dijadikan bersifat lemah.

.
mÛ ÇÊÈ   !$tB $uZø9tRr& y7øn=tã tb#uäöà)ø9$# #s+ô±tFÏ9 ÇËÈ   žwÎ) ZotÅ2õs? `yJÏj9 4Óy´øƒs ÇÌÈ   WxƒÍ\s? ô`£JÏiB t,n=y{ uÚöF{$# ÏNºuq»uK¡¡9$#ur n?ãèø9$# ÇÍÈ  
1. Thaahaa[912].
2. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;
3. Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),
4. Yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.
( Qs. Thahha : 1-4 )

Dalam ayat ayat ini ditegaskan kembali  untuk apa diturunkannya Alqur’an, ada yang menganggap dengan adanya Alqur’an dan aturan aturan yang di nukilkan dalam alqur’an akan menjadi beban dan menyulitkan umat manusia. Padahal sangat jelas bahwa tidak sedikitpun aturan dan ketentuan Alqur’an  untuk menyusahkan, tetapi itu merupakan peringatan khususnya  bagi orang yang takut kepada Allah. Orang yang  beriman kepada Allah tentu akan merasa takut kepada Allah yang merupakan  pencipta langit, bumi beserta isinya, oleh karena itu  Allah menurunkan petunjuk kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi. Justru tanpa diturunkannya Alqur’an akan menimbulkan kesulitan dan kesesatan bagi manusia itu sendiri, maka jelaslah fungsi Alqur’an adalah untuk dijadikan petunjuk agar manusia tidak menjadi sulit dan ragu karena petunjuk itu langsung datang dari penciptanya yaitu Allah, kalau tidak justru akan menimbulkan kesulitan dan kesesatan bagi manusia itu sendiri.
b.      Al Hadist
Dasar hukum kedua yang menjadi rujukan utama umat Islam adalah  Hadist yang menjelaskan apa yang di maksudkan dalam Alqur’an. Dengan ada hadist maka peraturan yang ditetapkan dalam akan agama islam akan semakin jelas dan gamblang sehingga manusia dapat menjalankannya dengan baik tanpa adanya keraguan.
Berkaitan dengan kemudahan kemudahan dalam islam banyak di temui dalam hadist yang menandakan bahwa sesungguhnya tidak sedikitpun  terdapat hal yang menulitkan dalam Islam. Berikut adalah hadist yang berkaitan dengan kemudahan :
“Berilah kemudahan dan jangan mempersulit, Berilah kabar gembira dan jangan membuat mereka lari..” [HR Bukhari dan Muslim].
                                                                                                     

 اِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ (رواه البخارى 39 
Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. (H.R. al-Bukhari: 139).

Apabila kita perhatikan di dalam dasar-dasar tasyri' yang tersebut di dalam Al-Qur'an, kita akan mengerti bahwa agama Islam itu satu-satunya agama yang diturunkan Allah kepada ummat manusia dengan membawa dasar "tidak berat dan tidak sukar" dikerjakan. Bahkan meniadakan yang berat. Dan sesuatu yang dipimpin oleh agama Islam itu pasti ringan dan mudah dikerjakan oleh ummat manusia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abu 'Urwah :
عَنْ اَبِى عُرْوَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص : اَيُّهَا النَّاسُ. اِنَّ الدّيْنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فِى يُسْرٍ. ثَلاَثًا يَقُوْلُهَا. احمد.
Dari Abu 'Urwah RA ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda : "Wahai manusia, sesungguhnya agama Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi itu di dalam kemudahan. Beliau SAW bersabda demikian itu tiga kali" [HR. Ahmad] 
Jadi Islam itu adalah agama yang mudah untuk diamalkan. Maka kewajiban kita adalah mengamalkan apa-apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya (Al-Qur'an dan Hadits) dan menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan apabila telah jelas suatu perintah atau larangan, maka kita tinggal melaksanakannya, tidak usah mempersulit diri dengan banyak pertanyaan. Perhatikanlah sabda-sabda Rasulullah SAW berikut ini :
عَنْ اَبِى ثَعْلَبَةَ اْلحُشَنِيّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اللهَ تَعَالىَ فَرَضَ فَرَائِضَ فَلاَ تُضَيّعُوْهَا. وَحَدَّ حُدُوْدًا فَلاَ تَعْتَدُوْهَا. وَحَرَّمَ اَشْيَاءَ فَلاَ تَنْتَهِكُوْهَا. وَسَكَتَ عَنْ اَشْيَاءَ رَحْمَةً  لَكُمْ غَيْرَ نِسْيَانٍ فَلاَ تَبْحَثُوْا عَنْهَا. الدارقطنى.
Dari Abu Tsa'labah Al-Husyani RA  , ia berkata : Rasulullah SAW  pernah bersabda : "Sesungguhnya Allah Ta'ala telah memfardlukan beberapa kefardluan (kewajiban), maka janganlah kamu menyia-nyiakannya, dan Allah telah membatasi beberapa batas (hukum) maka janganlah kamu melanggarnya. Dan Allah telah mengharamkan beberapa perkara, maka janganlah kamu mengubahnya, dan Allah telah mendiamkan beberapa perkara karena kasih sayang kepadamu, bukan karena lupa, maka janganlah kamu memperbincangkannya". [HR. Daruquthni]
عَنِ اْلمُطَّلِبِ بْنِ حَنْطَبٍ رض قَالَ: اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَا تَرَكْتُ شَيْئًا مِمَّا اَمَرَكُمُ اللهُ بِهِ اِلاَّ وَقَدْ اَمَرْتُكُمْ بِهِ. وَلاَ تَرَكْتُ شَيْئًا مِمَّا نَهَاكُمُ اللهُ عَنْهُ اِلاَّ وَقَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ. ابن عبد البر.
Dari Muththolib bin  Hanthab RA, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW  pernah bersabda : "Tidaklah aku meninggalkan sesuatupun dari apa-apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu sekalian dengannya, melainkan sungguh telah aku perintahkan kepadamu dengannya, dan tidaklah aku meninggalkan sesuatu dari apa-apa yang telah dilarang oleh Allah kepadamu sekalian dengannya, melainkan pasti telah aku larang kamu sekalian darinya". [HR. Ibnu Abdil Barr]
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَيُّهَا النَّاسُ لَيْسَ مِنْ شَيْءٍ يُقَرّبُكُمْ اِلىَ اْلجَنَّةِ وَ يُبَاعِدُكُمْ عَنِ النَّارِ اِلاَّ وَقَدْ اَمَرْتُكُمْ بِهِ وَ لَيْسَ مِنْ شَيْءٍ يُقَرّبُكُمْ اِلىَ النَّارِ وَ يُبَاعِدُكُمْ عَنِ اْلجَنَّةِ اِلاَّ وَ قَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ. البغوى.
Dari Ibnu Mas'ud RA, ia berkata : Rasulullah SAW  pernah bersabda : "Hai sekalian manusia, tidak ada dari sesuatu yang mendekatkan kamu sekalian ke surga dan menjauhkan kamu sekalian dari neraka, melainkan telah aku perintahkan kepadamu sekalian dengannya, dan tidak ada dari sesuatu yang mendekatkan kamu sekalian ke neraka dan menjauhkan kamu sekalian dari surga, melainkan pasti telah aku larang kamu sekalian darinya". [HR. Al-Baghawi]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  ص ذَرُوْنِى مَا تَرَكْتُكُمْ فَاِنَّمَا هَلَكَ  مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ  بِكَثْرَةِ  سُؤَالِهِمْ وَ اخْتِلاَفِهِمْ عَلَى اَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا اَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ. وَ اِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوْهُ. وفى رواية. فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوْهُ. وَ اِذَا اَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ. البخارى و مسلم.
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW  pernah bersabda : "Biarkanlah aku mengatakan apa-apa yang kutinggalkan untukmu, karena sesungguhnya kebinasaan orang-orang sebelummu dahulu itu disebabkan banyaknya pertanyaan mereka dan mereka menyelisihi Nabi-nabi mereka. Maka dari itu apabila aku perintahkan  kepadamu sekalian dengan sesuatu, kerjakanlah semaksimalmu, dan apabila aku telah melarang kamu sekalian dari sesuatu, maka tinggalkanlah dia. Dan dalam satu riwayat: Maka apabila aku melarang kamu sekalian dari sesuatu, jauhilah ia. Dan apabila aku perintahkan kepadamu sekalian dengan suatu perintah maka kerjakanlah darinya semaksimalnya". [HR. Bukhari dan Muslim

Di lain riwayat Nabi SAW  pernah bersabda :
مَا تَرَكْتُ شَيْئًايُقَرّبُكُمْ اِلىَ اللهِ تَعَالىَ اِلاَّ وَ قَدْ اَمَرْتُكُمْ بِهِ. وَ مَا تَرَكْتُ شَيْئًا يُبْعِدُكُمْ عَنِ اللهِ تَعَالىَ اِلاَّ وَ قَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ. الطبرانى.
"Aku tidak meninggalkan sesuatu yang ~dapat~ mendekatkan kamu kepada Allah, melainkan sungguh telah aku perintahkan kepadamu; dan aku tidak meninggalkan sesuatu yang dapat menjauhkan kamu dari Allah, melainkan sungguh telah aku cegah kamu daripadanya". [HR. Ath-Thabarani]
Dan Rasulullah SAW pernah bersabda:
اِيَّاكُمْ وَاْلغُلُوَّ فِى الدّيْنِ. فَاِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِاْلغُلُوّ فِى الدّيْنِ. احمد عن ابن عباس.
"Jauhkanlah olehmu akan melampaui batas di dalam beragama, karena sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelummu disebabkan melampaui batas dalam urusan agama" [HR. Ahmad dari Ibnu Abbas]
Pada kelanjutan riwayat tersebut Rasulullah SAW bersabda :
مَا بَالُ اَقْوَامٍ حَرَّمُوْا النّسَاءَ وَالطَّعَامَ وَالنَّوْمَ. اَلاَ اِنّى اَنَامُ وَ اَقُوْمُ وَاُفْطِرُ وَاَصُوْمُ وَاَنْكِحُ النّسَاءَ. فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى.
"Bagaimanakah orang-orang itu, mereka mengharamkan wanita, makanan, dan tidur. Ketahuilah sesungguhnya aku tidur dan shaat malam, berbuka dan berpuasa, juga mengawini wanita. Maka barangsiapa membenci sunnahku, bukanlah ia dari golonganku". [Tafsir Jami'ul Bayan, Ibnu Jarir Ath-Thabari jilid 5 hal 9-10]
3.      Hal hal yang menyebabkan Islam menjadi ribet dan sulit.
Sikap ghuluw (melampaui batas atau berlebih-berlebihan) dalam agama adalah sikap yang tercela dan dilarang oleh syariat. Sikap ini tidak akan mendatangkan kebaikan bagi pelakunya; juga tidak akan membuahkan hasil yang baik dalam segala urusan. Terlebih lagi dalam urusan agama.
Banyak sekali dalil-dalil al-Qur'ân dan Sunnah yang memperingatkan dan mengharamkan ghuluw atau sikap melampaui batas tersebut, Allah Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا 

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulu (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". [al-Mâ`idah/5:77]


Dalam hadits yang diriwayatkan dari `Abdullah bin Abbâs RadhiyAllahu anhu, dia berkata: "Pada pagi hari di Jumratul Aqabah ketika itu Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wa sallam berada di atas kendaraan, beliau berkata kepadaku: “Ambillah beberapa buah batu untukku!” Maka aku pun mengambil tujuh buah batu untuk beliau yang akan digunakan melontar jumrah. Kemudian beliauberkata,

أَمْثَالَ هَؤُلاَءِ فَارْمُوْا ثُمَّ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ 

“Lemparlah dengan batu seperti ini!” kemudian beliau melanjutkan:
“Wahai sekalian manusia, jauhilah sikap ghuluw (melampaui batas) dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian adalah sikap ghuluw mereka dalam.agama.”[1] 

Ghuluw dalam agama itu sendiri adalah sikap dan perbuatan berlebih-lebihan melampaui apa yang dikehendaki oleh syariat, baik berupa keyakinan maupun perbuatan.[2]